Kamis, 07 September 2017

APA ITU MAHASISWA ?


Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.

 Peran dan Fungsi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa berbagai macam lebel pun disandang, ada beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya:
  • Direct Of Changemahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena SDMnya yg banyak
  • Agent Of Change, mahasiswa agent perbahan,maksudnya sdm2 untuk melakukan perubahan
  • Iron Stocksumber daya manusia dari mahasiswa itu ga akan pernah habis.
  • Moral Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.
5.      Social Controlmahasiswa itu pengontrol kehidupan sosial,cntoh mengontrol kehidupan sosial yg dilakukan masyarakat.Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting bagi mahasiwa, yaitu :
Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat.
Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan

Sejarah Rohingnya di Myanmar

Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar. Rohingya adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan, atau Rohang dalam bahasa Rohingya) di Burma. Rohingya adalah etno-linguistik yang berhubungan dengan bahasa bangsa Indo-Arya di India dan Bangladesh (yang berlawanan dengan mayoritas rakyat Burma yang Sino-Tibet). Mereka menggunakan bahasa rohingya untuk berbicara sehari-hari.

Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya

Sejarah Rohingnya di Myanmar

Menurut catatan sejarah, komunitas Muslim telah mendiami wilayah Arakan (nama kuno Rakhine) sejak masa pemerintahan seorang raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun (1430–1434) di kerajaan Mrauk U. Setelah diasingkan selama 24 tahun di kesultanan Bengal, Narameikhla mendapatkan tahta di Arakan dengan bantuan dari Sultan Bengal saat itu. Kemudian ia membawa serta orang-orang Bengali untuk tinggal di Arakan dan membantu administrasi pemerintahannya demikianlah komunitas Muslim pertama terbentuk di wilayah itu.

Saat itu kerajaan Mrauk U berstatus sebagai kerajaan bawahan dari kesultanan Bengal sehingga Raja Narameikhla menggunakan gelar dalam bahasa Arab termasuk dalam nama-nama pejabat istananya dan memakai koin Bengal yang bertuliskan aksara Arab Persia pada satu sisinya dan aksara Burma pada sisi lainnya sebagai mata uangnya. Setelah berhasil melepaskan diri dari kesultanan Bengal, para raja keturunan Narameikhla tetap menggunakan gelar Arab tersebut dan menganggap diri mereka sebagai sultan serta berpakaian meniru sultan Mughal. Mereka tetap mempekerjakan orang-orang Muslim di istana dan walaupun beragama Buddha, berbagai kebiasaan Muslim dari Bengal tetap dipakai.

Pada abad ke-17 populasi Muslim meningkat karena mereka dipekerjakan dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya dalam pemerintahan saja. Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini. Namun kerukunan dan keharmonisan ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1785 kerajaan Burma dari selatan menyerang dan menguasai Arakan; mereka menerapkan politik diskriminasi dengan mengusir dan mengeksekusi orang-orang Muslim Arakan. Pada tahun 1799 sebanyak 35.000 orang Arakan mengungsi ke wilayah Chittagong di Bengal yang saat itu dikuasai Inggris untuk mencari perlindungan. Orang-orang Arakan tersebut menyebut diri mereka sebagai Rooinga (penduduk asli Arakan), yang kemudian dieja menjadi Rohingya saat ini. Selain itu, pemerintah kerajaan Burma saat itu juga memindahkan sejumlah besar penduduk Arakan ke daerah Burma tengah sehingga membuat populasi wilayah Arakan sangat sedikit ketika Inggris menguasainya.

Pada tahun 1826 wilayah Arakan diduduki oleh pemerintah kolonial Inggris setelah perang Inggris-Burma I (1824-1826). Pemerintah Inggris menerapkan kebijakan memindahkan para petani dari wilayah yang berdekatan ke Arakan yang saat itu sudah ditinggalkan, termasuk orang-orang Rohingya yang sebelumnya mengungsi dan orang-orang Bengali asli dari Chittagong. Saat itu wilayah Arakan dimasukkan dalam daerah administrasi Bengal sehingga tidak ada batas internasional antara keduanya dan migrasi penduduk di kedua wilayah itu terjadi dengan mudah. Pada awal abad ke-19 gelombang imigrasi dari Bengal ke Arakan semakin meningkat karena didorong oleh kebutuhan akan upah pekerja yang lebih murah yang didatangkan dari India ke Burma. Seiring waktu jumlah populasi para pendatang lebih banyak daripada penduduk asli sehingga tak jarang menimbulkan ketegangan etnis.

Permasalahan Imigrasi

Pada tahun 1939 konflik di Arakan memuncak sehingga pemerintah Inggris membentuk komisi khusus yang menyelidiki masalah imigrasi di Arakan, namun sebelum komisi tersebut dapat merealisasikan hasil kerjanya, Inggris harus angkat kaki dari Arakan pada akhir Perang Dunia II. Pada masa Perang Dunia II Jepang menyerang Burma dan mengusir Inggris dari Arakan yang kemudian dikenal sebagai Rakhine. Pada masa kekosongan kekuasaan saat itu, kekerasan antara kedua kelompok suku Rakhine yang beragama Buddha dan suku Rohingya yang beragama Muslim semakin meningkat. Ditambah lagi, orang-orang Rohingya dipersenjatai oleh Inggris guna membantu Sekutu untuk mempertahankan wilayah Arakan dari pendudukan Jepang. Hal ini akhirnya diketahui oleh pemerintah Jepang yang kemudian melakukan penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap orang-orang Rohingya. Selama masa ini, puluhan ribu orang Rohingya mengungsi keluar dari Arakan menuju Bengal. Kekerasan yang berlarut-larut juga memaksa ribuan orang Burma, India dan Inggris yang berada di Arakan mengungsi selama periode ini.
Pada tahun 1940-an orang-orang Rohingya berusaha menjalin kerjasama dengan Pakistan di bawah Mohammad Ali Jinnah untuk membebaskan wilayahnya dari Burma, tetapi ditolak oleh pemimpin Pakistan tersebut karena tidak mau mencampuri urusan internal negeri Burma. Pada tahun 1947 orang-orang Rohingya membentuk Partai Mujahid yang merupakan kelompok jihad untuk mendirikan negara Muslim yang merdeka di Arakan utara. Mereka menggunakan istilah Rohingya sebagai identitas politik mereka dan menyatakan diri sebagai penduduk asli Arakan. Kemudian Burma merdeka pada tahun 1948 dan orang-orang Rohingya semakin gencar melancarkan gerakan separatisnya. Pada tahun 1962 Jenderal Ne Win melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan Myanmar. Ia melakukan operasi militer untuk meredam aksi separatis Rohingya. Salah satu operasi militer yang dilancarkan pada tahun 1978 yang disebut "Operasi Raja Naga" menyebabkan lebih dari 200.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh akibat kekerasan, pembunuhan dan pemerkosaan besar-besaran. Pemerintah Bangladesh menyatakan protes atas masuknya gelombang pengungsi Rohingya ini. Pada bulan Juli 1978 setelah dimediasi oleh PBB, pemerintah Myanmar menyetujui untuk menerima para imigran Rohingya untuk kembali ke Rakhine.

Konflik Etnis Rakhine dan Rohingya

Pada tahun 1982 pemerintah Bangladesh mengamademen undang-undang kewarganegaraannya dan menyatakan Rohingya bukan warga negara Bangladesh. Sejak tahun 1990 sampai saat ini, pemerintah junta militer Myanmar masih menerapkan politik diskriminasi terhadap suku-suku minoritas di Myanmar, termasuk Rohingya, Kokang dan Panthay. Para pengungsi Rohingya melaporkan mereka mengalami kekerasan dan diskriminasi oleh pemerintah seperti bekerja tanpa digaji dalam proyek-proyek pemerintah dan pelanggaran HAM lainnya. Pada tahun 2012 kerusuhan rasial pecah antara suku Rakhine dan Rohingya yang dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis Rakhine oleh para pemuda Rohingya yang disusul pembunuhan sepuluh orang pemuda Muslim dalam sebuah bus oleh orang-orang Rakhine. Menurut pemerintah Myanmar, akibat kekerasan tersebut, 78 orang tewas, 87 orang luka-luka, dan lebih dari 140.000 orang terlantar dari kedua belah pihak baik suku Rakhine maupun Rohingya. Pemerintah menerapkan jam malam dan keadaan darurat yang memungkinkan pihak militer bertindak di Rakhine. Walaupun para aktivitis LSM Rohingya menuduh bahwa pihak kepolisian dan kekuatan militer turut berperan serta dalam kekerasan dan menangkap orang-orang Rohingya, tetapi penyelidikan oleh organisasi International Crisis Group melaporkan bahwa kedua belah pihak mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pihak militer. Pada tahun 2014 pemerintah Myanmar melarang penggunaan istilah Rohingya dan mendaftarkan orang-orang Rohingya sebagai orang Bengali dalam sensus penduduk saat itu. Pada bulan Maret 2015 yang lalu pemerintah Myanmar mencabut kartu identitas penduduk bagi orang-orang Rohingya yang menyebabkan mereka kehilangan kewarganegaraannya dan tidak mendapatkan hak-hak politiknya. Ini menyebabkan orang-orang Rohingya mengungsi ke Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Bahasa

Rohingya (Ruáingga) adalah sebuah bahasa yang dituturkan etnis Rohingya di Arakan di Myanmar. Bahasa ini mirip dengan Bahasa Chittagonia yang digunakan di kawasan Chittagong di Bangladesh.
Dalam sejarahnya, bahasa ini telah ditulis dalam berbagai jenis aksara, termasuk alfabet Arab, Urdu, aksara Hanifi, alfabet Myanmar, dan yang terbaru, Rohingyalish, yang dibentuk dari alfabet Romawi. Naskah berbahasa Rohingya tertua yang ditulis dengan alfabet Arab berasal dari lebih dari 300 tahun lalu. Saat Negara Bagian Rakhine (Arakan) masih di bawah pemerintahan Britania Raya (1826–1948), etnis Rohingya umumnya menggunakan bahasa Inggris dan Urdu untuk komunikasi tertulis. Sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948, segala bentuk komunikasi resmi menggunakan bahasa Myanmar.

Pada tahun 1975, sebuah jenis sistem tulis baru diciptakan menggunakan alfabet Arab; ada pula cendekiawan yang menggunakan alfabet Urdu untuk menutupi kekurangan alfabet Arab, namun keduanya tidak menghasilkan hasil yang memuaskan dan orang-orang Rohingya kesulitan membaca tulisan yang menggunakan alfabet Arab maupun Urdu.

Molana Hanif dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan sekelompok baru huruf berorientasi kanan ke kiri yang berdasarkan alfabet Arab ditambah dengan beberapa pinjaman dari alfabet Romawi dan Myanmar, namun meskipun dianggap oleh para cendekiawan sebagai suatu perbaikan dibandingkan sistem tulis sebelumnya, tetap saja sistem baru ini dikritik karena banyak huruf yang terlalu mirip dengan huruf lainnya. Tak lama kemudian, E.M. Siddique memilih jalan baru dengan menggunakan huruf Latin untuk menulis Bahasa Rohingya. Hasilnya adalah sistem yang disebut Rohingyalish yang terdiri dari 26 huruf Romawi, lima huruf hidup beraksen, dan dua huruf Latin tambahan untuk bunyi retrofleks dan nasal

Minggu, 04 Juni 2017

Pergeseran Peran Mahasiswa

Dimana Engkau Mahasiswa


Mahasiswa adalah Agent Of Change, hal ini memiliki arti bahwa ia terbuka akan perubahan yang terjadi pada masyarakat. Mahasiswa dapat dikatakan sebagai subjek atau pun objek dalam perubahan, dengan kata lain Mahasiswa adalah aktor dari perubahan. 
Pada saat masa perjuangan kemerdekaan hingga kemerdekaan itu datang, posisi Mahasiswa jelas untuk melawan para penjajah dan melawan kebijakan para penjabat pemerintahan yang tidak lagi berpihak kepada Masyarakat. Peran Mahasiswa dalam memerangi kebijakan yang tidak berpihak kepada Masyarakat dapat kita lihat kembali pada peristiwa 1998. Dimana seluruh Mahasiswa bersatu dalam melawan pemerintahan Presiden Soeharto.

Sejarah telah mengukir bagaimana peran Mahasiswa sesungguh nya dalam mengubah kondisi negara, dari masa Orde Baru hingga Reformasi. Akan tetapi semua Sejarah hanyalah tinggal cerita belaka, seperti pepatah mengatakan (lain dulu lain sekarang). Ketika dulu Masyarakat berbicara mengenai Mahasiswa yang timbul adalah pemerhati Masyarakat, akan tetapi ketika sekarang berbicara Mahasisa yang timbul adalah sifat individualisme yang mementingkan kepentingan pribadinya.

Sangat disangkat sebagian bahkan seluruhnya Mahasiswa tidak memanfaat kan pengetahuan mereka untuk membela para kaum yang tertindas, pengetauhan mu tidak kau aplikasikan kepada mereka yang membutuhkan, melaikan pengetahuan mu hanya kau aplikasikan untuk mengejar nilai dan karirmu

Hai...!!! Engkau Mahasiswa ini negeri kita yang penuh dengan penindasan, wahai engkau Mahasiswa dengarlah teriakan mereka yang tertindas akan kebijakan para penguasah, dengar la teriakan para buruh yang di rampas hak nya oleh pengusaha dan penguasa. Wahai Engkau Mahasiswa mereka menggantungkan harapan mereka kepada mu, kenapa sekarang engkau berubah, engkau tidak lagi melihat kami yang ditindas, engkau tidak lagi melihat mereka yang hak nya di rampas.

Pemilihan Ketua BEM Fakultas Teknik & Hima Sistem Informasi

Selamat atas terpilihnya sahabat "Zainullah" Sebagai ketua BEM Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
Semuga dengan terpilihnya sahabat zainullah dapat mengemban amanah, dan memberikan benyak perubahan , dan semakin meningkatkan kinerja dan peran organisasi BEM F, Harapan bersama.

KASIH SEORANG IBU TAK TERHINGGA SEPANJANG MASA

     Orang tuaku tidaklah kaya ataupun miskin , mereka berdua hidup dalam rezeki yang berkecupukan. Dengan 2 orang anak termasuk aku sendir...